KAU TAK AKAN KU LUPAKAN
Aku merindukannya…
Sahabatku, teman sepermainanku, orang yang selalu ada saat aku susah maupun senang. Aku sangat meridukanmu Iko,…
Aku ingin pergi ke tempatmu berada. Aku ingin bertemu dengan mu…..
Aku meneteskan air mata, cuaca sedang mendung, dan aku tengah berada di tempat dimana Iko beristirahat untuk selamanya dalam kedamaian. Aku datang kesini untuk melepas kerinduanku padanya, sudah satu bulan Niko meninggalkan dunia yang fana ini, meninggalkan aku, orang yang sangat dia sayangi dan lindungi ini. Aku mengingat kenanganku bersamanya yang selama 17 tahun ini selalu bersama. Aku mengingatnya bagaimana detik-detik menjelang kepergiannya. Dia tersenyum kepadaku, seakan tidak ada beban padanya untuk meninggalkanku. Dia menatapku dalam ada sesuatu yang ingin dia sampaikan kepadaku, tapi sampai dia menghembuskan nafasnya dia tidak berbicara sepatah katapun. Aku tau dari tatapan matanya waktu itu, dia ingin mengucapkan sesuatu yang khusus kepadaku, tapi entahlah.
“Yuk kita pulang, hari sudah malam dan mau hujan Din” ajak Riko, dia cowok ku, dia memang selalu menemaniku saat aku berziarah ke makam Iko.
“Iko hari ini aku pamit dulu, semoga kamu damai disana. Aku menyayangimu Iko” aku berbicara pada makam Iko, berharap ucapanku akan sampai pada Iko di sana, dan tak lupa aku berdoa untuknya sejenak sebelum aku dan Riko pulang.
“Iko hari ini aku pamit dulu, semoga kamu damai disana. Aku menyayangimu Iko” aku berbicara pada makam Iko, berharap ucapanku akan sampai pada Iko di sana, dan tak lupa aku berdoa untuknya sejenak sebelum aku dan Riko pulang.
***
“Pagi tante..” sapaku pada tante Mira, ibu Iko.
“Pagi Dini. Tumben pagi-pagi kemari? Biasanya kalau mampir kan pasti sore-sore” cerocos tante Mira.
“hehe iyah tan, lagi nggak sibuk nih. Dini mau kesini seperti biasa tan, kangen Iko, Dini pengen main ke kamarnya” ucap Dini, wajahnya sedikit murung mengingat sahabatnya itu.
“tante juga kangen padanya Din, kangen banget” tante Mira pun ikut-ikutan murung seperti Dini.
“Sabar tante, kita doakan Iko bahagia disana” hiburku padanya.
“Iya Dini. Ya udah sana gih kalau mau ke kamarnya Iko, tante buatkan minuman dulu”
“makasih tante” dan akupun segera menuju ke kamar Iko. Kamar itu tetap seperti sebelum ditinbggal pemiliknya. Aku sudah berkali-kali datang kesini, tapi biasanya hanya duduk termenung. Hari ini aku berencana untuk melihat-lihat benda yang menjadi kenangan bagi kami. Saat aku tengah membongkar suatu dus barang, tanpa sengaja aku menemukan sebuah surat berwana pink. Aku sungguh penasaran dengan isi surat itu. Akupun membukanya dan membacanya.
Dini saat kau menemukan surat ini, mungkin aku telah menuju ke tempat-Nya, jangan sedih Dini, hiduplah bahagia tanpaku. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu, sesuatu yang telah aku pendam selama 7 tahun ini, sesuatu yang tidak ingin aku sampaikan karena aku takut itu membuat kita berpisah, tapi izinkan aku untuk mengucapkannya saat ini walu telah terlambat. Aku mencintain mu Dini, aku sayang padamu melebihi sahabat. Aku ingin selalu menjagamu, ingin selalu menghabiskan waktuku bersamamu. Tapi aku tidak ingin membuatmu terlalu sedih saat kehilangan diriku, dan akupun merelakan kau bersama dengan Riko, semoga dia selalu menjagamU Dini. Aku disini akan selalu bahagia untukmu. Jangan sedih. Selamat tinggal Dini.
Iko
Aku menangis, shock, kaget membaca surat terakhir Iko. Kenapa? Kenpa Iko tidak jujur padaku! Aku juga mencintainya, tapi dia selalu bilang dia hanya akan menjadi sahabatku selamanya, inikah sebabnya? Penyakit itukah penyebabnya? Penyakit yang telah merenggutmu. Iko aku sungguh meridukanmu, andai waktu dapat diputar kembali, aku ingin kau jujur kepadaku. Tapi apa yang aku bisa. Aku hanya bisa menangis. Mengenang Iko, menangis mengetahui perasaannya yang sesungguhnya padaku.
“ Iko damailah di sana” ucapku ikhlas.. dan akupun menutup surat itu, mengembalikan nya ke tempat semula, dan kemudian aku larut dalam kenangan-kenanganku bersamanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar