TANTANGAN UNTUK AGUNG
Rumah itu sungguh menyeramkan, ku dengar rumah itu adalah bekas panti jompo di masa peperangan. Dipagi hari rumah itu terlihat sepi, kumuh, apalagi di malam hari, rumah itu gelap, kosong, menyeramkan! aku selalu memandang ke arah rumah itu, karena memang rumah baruku ini tepat di depan rumah tua itu dan jendela kamarku yang berada di lantai dua menghadap ke arah rumah itu, mau tidak mau aku akan selalu melihat ke arah rumah tersebut saat tirai jendela masih terbuka. Banyak desas-desus tentang rumah itu. Ada yang mengatakan bahwa setriap malam selalu ada suara-suara aneh dari rumah itu, ada juga yang mengatakan bahwa setiap malam ada sesosok makhluk yang berkeliaran di rumah itu, entah itu apa mereka tidak tau. Memikirkam itu saja sudah membuat bulu kudukku merinding.
Sialnya besok sore aku harus memasuki rumah itu. Itu swemua bermula dari tantangan teman-teman. Aku harus memasuki rumah itu selama satu jam, tentu saja aku tidak sendirian, ada tiga sahabatku yang akan menemaniku esok. Berbicara mengenai tantangan, itu tercipta karena kesombongan diriku, yang mengaku-ngaku tiidak takut apapun bahkan hantu kepada teman-teman baruku di kompleks ini. Sungguh sial!. Ya sudahlah aku terima aja, toh aku berfikir ini Cuma satu jam tidak akan lebih dan tidak akan terjadi apa-apa.
Keesokan harinya
“gimana udah siap?” tanya Iwan si penantang itu kepadaku.
“iya gimana?” tanya yang lainnya yang merupakan teman Iwan dan teman baruku itu.
“Agung pasti siap kok! Ya nggak Agung?” tanya Amir sambil mengedipkan mata kepadaku, dia sahabatku yang akan menemaniku itu, dan tidak hanya dia, masih ada Deni sahabatku satunya. Kali ini Deni hanya diam, mungkin juga sama takutnya dengan aku.
“Siap dong” seruku sok.
“Bagus, tantangan bisa di mulai sekarang, kau hanya perlu masuk lewat lubang yang ada di belakan itu, selanjutnya kau masuk saja. Kata warga rumah ini tidak dikunci” jelas Iwan.
“Oke tunggu saja satu jam kemudian, kita pasti selamat!” jawabku yakin.
Dan aku dan kedua sahabatkupun melangkahkan kaki menuju lubang yang menjadi pintu kita untuk masuk. Baru satu kali menjejakkan kaki di rumah ini, hawa nya sudah menyeramkan, angin bertiup kencang menambah ketakutanku.
Dan kamipun telah sampai di dalam rumah ini, benar kata Iwan rumah ini tidak di kunci, aneh.
“Gung udah dapet berapa jam?” tanya Deni.
“hoaa hello Den, baru juga nyampe belum dapet satu menit kita disini!” jawab Amir.
“Aduh lama amat, merinding nih” Deni mengeluh.
“Udah deh sabar sob, mending kita jalan-jalan yuk sapa tau kita dapat harta karun!” kataku mencoba menghibur meski sesungguhnya ketakutan. Bagaimana tidak takut, kalau suasana didalam sini memang seram sekali. Lukisa-lukisan tua yang tergantung didinding penuh dengan coretan merah, yang kuduga-duga sebagai darah, hiiii. Ditambah lagi suasana yang gelap untungnya kami tidak lupa membawa senter.
“Agung cari toilet yuk, kebelet nih!” rengek Amir.
“Jangan cari toilet deh Mir, yuk pipis di luar!” seru Deni.
“yeee emang gue cowok apaan? Buang air kok sembarangan!” gerutu Amir.
“ya sudah ayo kita keliling cari toilet” kataku memecah keributan. Dan kami pun berkeliling mencari toilet.
Saat menemukan tempat yang yang di duga toilet, tiba-tiba kami mendengar suara rintihan seseorang. Kamipun menegang. Kami tidak bisa berkutik, bahkan mengeluarkan suarapun tidak bisa. Kami hanya saling melempar lirikan mata. Beberpa saat kemudian terdengar suara rintihan tadi. Entah datang dari mana tiba-tiba kami bertiga mendapatkan kekuatan untuk berlari. Kami pun berlari tunggang langgang sambil menjerit jerit. Saat berlari sepintas aku menoleh ke belakang, dan apa yang aku lihat sungguh menakutkan. Disana ada sesosok makhluk yang menyeramkan. Tubuhnya gelap, pada wajahnya terlihat dipenuhi hawa kebencian tapi kali ini dia sedang tersenyum licik kearah kami. Aku tak tau apa arti senyum itu. Saat aku membalikkan wajah, tak taunnya aku dan sahabatku sudah sampai di halaman, tanpa membuang waktu kamipun segera berhamburan keluar dari rumah itu. Disana terlihat Iwan dan teman lainnya tersenyum mengejek kerahku, aku sudah mengerti apa arti senyuman itu. Tapi tak apalah biarlah kali ini aku mengaku kalah daripada harus berurusan dengan makhluk seram tadi. Aku berdoa semoga tidak ada kelanjutan dari peristiwa. Semoga aku tidak berurusan dengan makhluk tadi. Iwan dan teman yang lainnya sudah puas melihat hasil dari tantangan kali ini, mereka segera beranjak sambil tertawa-tawa. Sepeninggal mereka Amir berkata “gila Men! Tadi tuh makhluk serem amat!”
“kamu lihat juga??” tanyaku nggak percaya.
“iya! Tiba-tiba aja waktu lari nih kepala berputar sendiri untuk nengok! Kayak ada yang ngendaliin gitu” jelas Amir.
“Iya aku juga gitu” Deni menimpali.
“Serem sob! Ayo kita pulang saja, semoga saja ini tidak ada kelanjutannya.
Dan kamipun beranjak pulang kerumah masing-masing dengan tidak lupa berdoa semoga ini telah akhir dan bukan awal dari sesuat yang tidak kami inginkan.
***
insyaAllah ini cerpen ada kelanjutannya. Ditunggu aja ^^
Dini Isnanila Sari
29/11/2011
Tag:cerpen bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar